IMUNISASI
1. 1. Definisi
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten.
Jadi imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat
terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit
ringan.1,2
Imunisasi adalah
tindakan untuk memberikan kekebalan terhadap suatu penyakit atas tubuh manusia
(Kamisa, 1998 : 241). Dalam ilmu kedokteran, imunisasi adalah suatu peristiwa
mekanisme pertahanan tubuh terhadap invasi benda asing hingga terjadi interaksi
antara tubuh dengan benda asing tersebut (T.R. Browry 1984 dalam Wardhana,
2001).3
Imunisasi lengkap
yaitu 1 (satu) dosis vaksin BCG, 3 (tiga) dosis vaksin DPT, 4 (empat) dosis
vaksin Polio dan 1 (satu) vaksin Campak serta ditambah 3 (dosis) vaksin
Hepatitis B diberikan sebelum anak berumur satu tahun (9-11 bulan) (Depkes RI,
2000).2
2.
Tujuan
Tujuan imunisasi untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu
pada seseorang, dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat
(populasi) atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia seperti pada
imunisasi cacar variola. (Ranuh,2008,p.10).
Program imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan kepada
bayi agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan
oleh penyakit yang sering berjangkit. Secara umum tujuan imunisasi, antara
lain:
a) Melalui
imunisasi, tubuh tidak mudah terserang penyakit menular.
b) Imunisasi
sangat efektif mencegah penyakit menular.
c) Imunisasi
menurunkan angka morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian) pada
balita.4
Menurunkan
kesakitan & kematian akibat Penyakit-penyakit yang Dapat Dicegah
Dengan Imunisasi (PD3I).
Menurut Depkes RI (2001), tujuan
pemberian imunisasi adalah untuk mencegah penyakit dan kematian bayi dan
anak-anak yang disebabkan oleh wabah yang sering muncul. Pemerintah Indonesia
sangat mendorong pelaksanaan program imunisasi sebagai cara untuk menurunkan
angka kesakitan, kematian pada bayi, balita atau anak-anak pra sekolah.
Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah
terjadinya penyakit tertentu pada seseorang, dan menghilangkan penyakit
tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan menghilangkan
penyakit tertentu dari dunia, seperti cacar (Matondang, Siregar S., 2005).
Menurut Ali Musa (1988) dalam Wardhana
(2001) tujuan dari imunisasi adalah memberikan suatu antigen untuk merangsang
sistem imunologik tubuh untuk membentuk antibodi spesifik sehingga dapat
melindungi tubuh dari serangan penyakit.3
3.
Manfaat
a) Untuk
anak: mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan cacat
atau kematian.
b) Untuk
keluarga: menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit.
Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa anaknya menjalani
masa kanak-kanak yang nyaman.
c) Untuk
Negara: memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal
untuk melanjutkan pembangunan negara (Atikah,2010,pp.5-6).4
4. Jenis
Imnunisasi dan Waktu Pemberian
Imunisasi
wajib terdiri atas:
a.
Imunisasi rutin;
b.
Imunisasi tambahan; dan
c.
Imunisasi khusus.
Imunisasi
Rutin
A. Imunisasi
Dasar
Imunisasi
dasar adalah pemberian imunisasi awal untuk mencapai kadar kekebalan diatas
ambang perlindungan.2
a)
Bacillus Calmette Guerin (BCG);
b)
Diphtheria Pertusis Tetanus-Hepatitis B (DPT-HB) atau
Diphtheria Pertusis Tetanus-Hepatitis B-Hemophilus Influenza type B (DPT-HB-Hib);
c)
Hepatitis B pada bayi baru lahir;
d)
Polio
e)
Campak.
Tabel 1. Jadwal
pemberian imunisasi dasar
Umur
|
Jenis
|
0 bulan
|
Hepatitis B0
|
1 bulan
|
BCG, Polio 1
|
2 bulan
|
DPT-HB-Hib 1,
Polio 2
|
3 bulan
|
DPT-HB-Hib 2,
Polio 3
|
4 bulan
|
DPT-HB-Hib 3,
Polio 4
|
9 bulan
|
Campak
|
Catatan:
- Bayi lahir di
Institusi Rumah Sakit, Klinik dan Bidan Praktik Swasta, imunisasi BCG dan Polio
1 diberikan sebelum dipulangkan.
- Bayi yang
telah mendapatkan imunisasi dasar DPT-HB-Hib 1, DPT-HB-Hib 2, dan DPT-HB-Hib 3,
dinyatakan mempunyai status imunisasi T2.
B.
Imunisasi Lanjutan
Imunisasi lanjutan merupakan
imunisasi ulangan untuk mempertahankan tingkat kekebalan atau untuk
memperpanjang masa perlindungan.
Imunisasi lanjutan diberikan pada :
1)
anak usia bawah tiga tahun (Batita);
2)
anak usia sekolah dasar;
3)
wanita usia subur.
Jenis imunisasi lanjutan yang
diberikan pada anak usia bawah tiga tahun (Batita) terdiri atas:
a)
Diphtheria Pertusis Tetanus-Hepatitis B (DPT-HB) atau
Diphtheria Pertusis Tetanus-Hepatitis B-Hemophilus Influenza type B (DPT-HB-Hib)
b)
Campak.
Imunisasi lanjutan pada anak usia
sekolah dasar diberikan pada Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS).
Jenis imunisasi lanjutan yang
diberikan pada anak usia sekolah dasar terdiri atas:
a)
Diphtheria Tetanus (DT),
b)
Campak,
c)
Tetanus diphteria (Td).
Jenis imunisasi
lanjutan yang diberikan pada wanita usia berupa Tetanus Toxoid (TT).
Imunisasi lanjutan merupakan
kegiatan yang bertujuan untuk melengkapi imunisasi dasar pada bayi yang
diberikan kepada anak Batita, anak usia sekolah, dan wanita usia subur (WUS)
termasuk ibu hamil.
Imunisasi lanjutan pada WUS salah
satunya dilaksanakan pada waktu melakukan pelayanan antenatal.
Tabel
2. Jadwal imunisasi lanjutan pada anak di bawah tiga tahun
Umur
|
Jenis
Imunisasi
|
18 bulan
24 bulan
|
DPT-HB-Hib
Campak
|
Tabel 3. Jadwal
imunisasi lanjutan pada anak usia sekolah dasar
Sasaran
|
Imunisasi
|
Waktu Pelaksanaan
|
|
Kelas 1 SD
|
Campak
|
Agustus
|
|
|
DT
|
November
|
|
Kelas 2 SD
|
Td
|
November
|
|
Kelas 3 SD
|
Td
|
November
|
|
Catatan:
- Batita yang
telah mendapatkan imunisasi lanjutan DPT-HB-Hib dinyatakan mempunyai status
imunisasi T3.
- Anak usia
sekolah dasar yang telah mendapatkan imunisasi DT dan Td dinyatakan mempunyai
status imunisasi T4 dan T5.
Tabel 4.
Imunisasi Lanjutan Pada Wanita Usia Subur (WUS)
Status
Imunisasi
|
Interval Minimal Pemberian
|
Masa
Perlindungan
|
T1
T2
T3
T4
T5
|
-
4 minggu setelah T1
6 bulan setelah T2
1 tahun setelah T3
1 tahun setelah T4
|
-
3 tahun
5 tahun
10 tahun
lebih dari 25 tahun
|
Catatan:
- Sebelum
imunisasi, dilakukan penentuan status imunisasi T (screening) terlebih
dahulu, terutama pada saat pelayanan antenatal.
- Pemberian
imunisasi TT tidak perlu diberikan, apabila pemberian imunisasi TT sudah
lengkap (status T5) yang harus dibuktikan dengan buku Kesehatan Ibu dan Anak,
rekam medis, dan/atau kohort.
5.
Cara pemberian
Jenis vaksin
|
dosis
|
Cara
|
Tempat
|
HB
|
0,5 ml
|
IM
|
Paha kanan
|
BCG
|
0,05 ml
|
IC
|
Lengan kanan
atas
|
Polio
|
2 tetes
|
Oral
|
Mulut
|
DPT-HB-Hib
|
0,5 ml
|
IM
|
Paha untuk
bayi
|
|
|
|
Lengan kanan
untuk balita
|
Campak
|
0,5 ml
|
SC
|
Lengan kiri
atas
|
DT
|
0,5 ml
|
IM
|
Lengan kiri
atas
|
Td
|
0,5 ml
|
IM
|
Lengan kiri
atas
|
TT
|
0,5 ml
|
IM
|
Lengan kiri
atas1
|
Sumber:
1.
Permenkes No. 42 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi
2.
Kepmenkes No.1611 tahun 2005 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Imunisasi
3.
lib.ui.ac.id. Dari: http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/124645-T%2026122-Faktor%20yang%20berhubungan-Literatur.pdf. Diakses pada
tanggal 3 Novermber 2015 pukul 21.00 WIB.
4.
digilib.unimus.ac.id. Dari:
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/121/jtptunimus-gdl-wahyuhiday-6038-2-babii.pdf.
Diakses pada tanggal 3 Novermber 2015 pukul 21.10 WIB.
0 komentar:
Posting Komentar